Pamekasan—Sivitas Kothèka merayakan ulang tahun pada Rabu (11 Juni 2025) dengan menggelar Koloman Budaya ke-99 di Kafe Balada. Acara ini sekaligus menjadi momentum refleksi dan perayaan karya bagi komunitas yang kini usianya sudah sewindu itu.
Dalam suasana hangat dan khidmat, acara dimulai tepat pukul 20.30 WIB dengan pembacaan puisi “Kupanggil Namamu” oleh Ikrar Izzul Haq yang diiringi gesekan biola Afnan Rahmaturrahman. Seisi ruang seketika larut dalam suasana syahdu nan tenang hingga riuh tepuk tangan bergema.

Koloman Budaya kali ini bertajuk “Madura, Musik, Harmoni”. Tema besar tersebut disampaikan dalam sebuah pidato kebudayaan oleh Rifan Khoridi, seorang musisi asal Sumenep yang juga dikenal sebagai pentolan OS Music Studio sekaligus pendiri gerup musik La Ngetnik. Dalam ceramahnya, ia menyoroti posisi budaya Madura saat ini.
“Madura hari ini ada di fase mana? Sudah menjadi kepompong yang siap bermetamorfosis menjadi kupu-kupu atau justru masih ulat yang merayap dalam kebiasaan lama—kaku dan tertutup?” ujarnya retoris. Ia juga mengangkat pentingnya harmoni yang lahir dari keberagaman, dengan menganalogikan musik sebagai simbol keterpaduan antara berbagai perbedaan.

Acara dipandu oleh Habiburrahman. Sang ketua pelaksana, Wardedy Rosy, menyampaikan sambutan hangat kepada para tamu undangan, mulai dari masyarakat umum hingga komunitas seni seperti Masyarakat Rojhung, Ponteh, Caro’, Lembana, dan Gandrung. Hadir pula Kiai Faizi, penyair sekaligus musisi, yang ikut menyemarakkan suasana.
Acara makin meriah dengan pemutaran video ucapan dirgahayu dari berbagai tokoh, termasuk Yuliyatin Sungkowati dari Balai Bahasa Jawa Timur, para dosen, editor, kritikus sastra, hingga sastrawan dan budayawan. Mereka menyampaikan harapan besar agar Sivitas Kotheka terus berkembang sebagai wadah kreativitas di Pulau Garam.
Anugerah Madura Cendekia, penghargaan khusus Sivitas Kotheka kepada para tokoh budaya setempat, tahun ini diberikan kepada Syaf Anton. Sastrawan senior asal Sumenep itu telah menorehkan kontribusi panjang di jagat kesusastraan. Sejak dekade 70-an, Syaf Anton sudah mendirikan berbagai sanggar seni dan menjadi motor utama literasi di Madura. Ia juga populer lewat karya-karyanya seperti “Cermin”, “Bingkai”, hingga novel Marlena: Perjalanan Panjang Perempuan Madura.

Sebagai simbol syukur, pemotongan tumpeng dilakukan oleh Ketua Sivitas Kotheka, Afnan Rahmaturrahman. Potongan pertama diberikan kepada Novi Kamalia selaku pembina, dan sepiring lainnya diberikan kepada Dini sebagai anggota termuda.
Menjelang akhir acara, MC menutup dengan pembacaan puisi “Doa” karya Chairil Anwar, yang membawa suasana menjadi lebih khidmat. Setelah itu, seluruh tamu dan peserta acara menikmati sajian nasi tumpeng bersama-sama. Edo, Affan, dan Diana tampak lahap seolah nasi itu punyai kehangatan khusus di malam penuh makna ini.
Editor: Asief Abdi
Foto: Rofi’ati Nur Diana Islam